Sabtu, 26 Juni 2021

Program Berdampak Pada Murid "Ekskul Merdeka Belajar Abad 21 di SD Plus Lillah"



A. Deskripsi Program Aksi Nyata

SD Plus Lillah merupakan sekolah swasta yang berada di Kota Padang, sekolah ini terletak di Kecamatan Koto Tangah. Sekolah merupakan sekolah umum yang terintegrasi dengan pendidikan secara islami. Visi SD Plus Lillah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, religius, berkarakter dan berbudaya. Adapun beberapa misi yang dilakukan SD Plus Lillah untuk mencapai hal tersebut  adalah :  mengembangkan kreatifitas peserta didik dengan menggali semua potensi, seperti minat dan bakat peserta didik. Selanjutnya, menumbuh kembangkan  potensi potensi diri siswa untuk menjaga  dan mengolah lingkungan melalui kegiatan ektrakulikuler, olahraga, kesenia dan pengembangan diri. Selanjutnya, Kesibukan orang tua yang bekerja membuat siswa kami mendapat kurang perhatian dari orang tua. Karena sekolah ini menerapkan sekolah fullday jadi setiap hari siswa masuk sekolah pukul 07.00 WIB pulang pada pukul 16.00 WIB ( Situasi Tanpa Pandemi). Beberapa siswa juga terkadang sering mengeluh ingin berprestasi dalam kegiatan ekskul tetapi mengalami permaslaahan waktu untuk latihan. Beberapa penjelasan yang dikemukakan diatas dapat dikemukakan bahwa sekolah ingin meningkatkan potensi setiap siswa agar dapat berprestasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dengan keterbatasan perhatian orang tua dan waktu untuk membimbing siswa. Maka dibuatlah sebuah Aksi Nyata yang sudah dilakukan beberapa waktu terakhir dan dimasa selanjutnya yaitu perencanaan program Sekolah yang berdampak pada siswa “Ekskul Merdeka Belajar Abad 21”.

Hasil dari kegiatan aksi nyata yang dilakukan adalah minat dan bakat siswa lebih tersalurkan. Banyak ekskul yang dapat dipilih sesuai kemampuan minat dan bakat siswa sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih bertanggung jawab. Siswa dapat mengetahui teori maupun praktik secara mandiri karena ekskul sesuai dengan keinginan mereka. Prestasi yang dicapai dalam kegiatan pun sangat baik sekali dan berubah secara signifikan. Selain itu, dari permintaan siswa pada assessment minat dan bakat  maka lahirlah ekskul baru yaitu Kids Start Up Digital. Hal ini karena banyaknya siswa yang ingin mengembangkan kompetensi dibidang digital mulai dari hobi menulis di blogger, membuat website serta coding atau pemogrmaman.

Awalnya SD Plus Lillah sudah memiliki beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang telah dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya masih sering terjadi beberapa tantangan dilapangan. Sepanjang pengamatan, banyak siswa memilih ekskul karena tidak ada pilihan lain. Ekskul yang sudah ditetapkan sekolah, hanya beberapa saja yang megambil karena sesuai minat dan bakatnya. Banyak diantara siswa yang diwawancarai saat kegiatan ekskul yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya karena ikut-ikutan dan tak tahu ekskul yang terbaik bagi mereka.

Dampaknya dalam kompetisi tidaklah begitu maksimal hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang diutus sedikit sekali yang berprestasi. Permasalahan ini selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sekolah bersama guru dan kepala sekolah serta psikolog sekolah. Kepala ekolah memfasilitasi hal ini dengan cara mengumpulkan beberapa penanggung jawab ekskul yang ada dan menghadirkan psikolog sekolah  sebagai ahli dalam assessment bakat dan minat siswa. Pengambilan keputusan dalam hal ini lebih melibatkan proses BAGJA. Proses pengambilan keputusan dalam program ekskul yang berpihak pada murid haruslah menggali hal-hal positif terhadap asset yang dimiliki oleh sekolah.


Setelah melakukan assesmen dengam melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan bagi siswa merupakan jalur membangun komunikasi agar tercapainya tujuan mengembangkan ekskul yang sesuai dengan minat dan bakat peerta didik. Dari data yang didapatkan 60%  dari jumlah siswa  siswa sudah memiliki klub  tempat mereka untuk latihan. Sedangkan 40 % lainnya belum memiliki klub untuk latihan. Selanjutnya dari data yang sudah dikemukakan maka diputuskan untuk anak anak yang belum memiliki klub dilakukan pengambilan keputusan dalam merencanakan progam ekskul untuk satu kedepan.


Adapun ekskul yang akan diptuskan adalah Sains, Matematika, Bahasa Inggris, Paskibraka, Bahasa Inggris, Karate, Futsal, Atletik, Renang dan Teknologi Informasi. Dalam menentukan ekskul dibuatlah flyer sekolah dalam PPDB.


Pelaksanaan Program Ekskul yang berpihak pada murid ini dilakukan pada awal tahun ajaran tentunya dengan protokol Covid yang ketat. Jika terjadi keterbatasan dalam pelaksanaannya maka akan dilakukan secara mandiri dengan pengawasan orang tua maupun dengan cara daring. Melihat kegiatan ekskul yang diadakan pada KOSN tahun 2021 yang lalu, sekitar bulan April 2021 beberapa cabang ekskul seperti Karate dan Renang memperoleh mendali emas dan perunggu. Ini merupakan kontribusi dari dampak ekskul yang merdeka belajar. Program ekskul yang melibatkan pemangku kepentingan dalam  pengambilan keputusan serta assessment yang dilakukan sekolah.


B. Perasaan Selama Menjalankan Program

Kegiatan ini sudah berlangsung selama sebulan lebih.. Saya merasa senang, karena sudah banyak siswa yang berbicara langsung bahwasanya mereka sudah lama ingin ekskul yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Orang tua sangat senang dengan keputusan ini dikarenakan  terjadinya perubahan perilaku dan tanggung jawab siswa yang biasanya selalu keinginanya berubah dalam beberapa latihan ekskul. Murid merasa lebih merdeka terhadap potensi minat dan bakat yang mereka miliki sehingga kesenangan ekskul yang mereka pilih menjadi berprestasi dan juga berdampak baik ke sekolah. Rasa optimis juga bahwa dalam pelaksanaannya dapat selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak baik itu dari Guru, Orang Tua, Kepala Sekolah, Komite dan Pengawas. Sehingga ekskul merdeka belajar ini bisa dijadikan best practice untuk sekolah-sekolah lain di Kota Padang.

C. Pembelajaran dari Pelaksanaan Program

Adapun pembelajaran yang didapatkan dalam pelaksanaan aksi nyata adalah menjalankan aksinyata dengan penuh optimis. Memperhatikan kemampuan masing-masing murid dalam menentukan program ekskul, mengkomunikasikan kepada semua pihak  dalam pengambilan keputusan. Selain itu program ekskul yang dilakukan kedepan dengan memperhatikan perkembangan teknologi yang ada. Sekolah juga akan membuat tempat untuk coaching bagi siswa dalam mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan program ekskul sehingga siswa akan mampu mengatasi permasalahan secara mandiri. Setiap menjalankan program sangat dibutuhkan komitmen dalam pelaksanaan dilapangan dan membangun komunikasi yang positif bersama pemangku kepentingan.

D. Rencana Perbaikan

Sedangkan rencana perbaikan dimasa depan adalah akan melakukan monitoring dan evaluasi program yang telah dilakukan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkesinambungan dalam pelaksanaannya dilapangan. Monitoring dan evaluasi dapat mengukur program. Selain itu, dalam penerapan ekskul ini tentu membutuhkan waktu agar dapat terlihat dampaknya secara signifikan.



 

 




Senin, 17 Mei 2021

ABCD (Asset Based Community Development) dalam Pembelajaran Berpihak Pada Murid, Bisakah?

 


Asset Based Community Development atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010). 12 Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.

Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

Pada kegiatan ini seorang CGP diminta untuk memaparkan cara memanfaatkan pengelolaan sumber daya dengan proses belajar murid. Lingkungan sekolah saya memiliki lahan yang luas, memiliki guru yang masih muda dan memiliki ruang serbaguna yang bisa menampung 300 orang dalam kegiatan yang berskala besar. Pada kegitan teori Penjasorkes, saya mengajak anak-anak dengan sebuah pembelajaran diluaar kelas. Saya bisa melakukan pembelajaran dibawah pohon yang rindang. Membentuk kelompok-kelompok kecil dalam diskusi luar kelas nantinya. Untuk kegiatan praktik olahraga, saya menggunakan lapangan olahraga yang teduh dan juga memiliki saran yang memadai.  Saya bisa membuat pembelajaran Game Team Tournament, Pembelajaran dalam kelompok kecil lainnya. Anak-anak saya minta untuk mengeksplorasi materi yang sudah dipahami terlebih dahulu, agar siswa dapat mengambil nilai-nilai positif dalam kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat saya tidak terlalu khawatir terhadap keamanan siswa dalam melaksanakan kegiatan.



Sekolah saya juga mempunyai  proyektor dan juga masing-masing kelas memiliki laptop. Laptop ini selain milik sekolah guru-guru juga memilikinya. Presentasi kelompok juga banyak dilakukan siswa dalam kegiatan ini. Selain itu saya juga memiiki e-learning pribadi yaitu www.e-penjas.online . Memang ada perubahan siswa saat belajar mengguakan media elektronik dan tidak. Pada saat menggunakan media elektronik siswa menjadi fokus dan setelah kegiatan tersebut terlihat siswa menggunakan elearning dalam pembelajaran mandiri di kelas.



Pelaksanaan pembelajaran di sekolah saya menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan ini dapat terlihat dari kegiatan di e-learning saat pembelajaran dikelas dengan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas ini dibuat oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dengan membuat kesepakatan kelas siswa memang terlihat tenang dan mematuhi aturan yang sudah mereka buat. Guru juga tidak lagi memaksakan siswa untuk harus bisa dengan materi yang ada di sekolah, disini guru paham bahwa siswa memiliki kelebihan sesuai kodrat alam mereka. Tugas guru disini adalah menemukan kelebihan mereka tersebut sehingga apabila mereka paham dengan kelebihan yang mereka punya mereka bisa melatih dan mengembangkan potensi yang mereka miliki tersebut.

Pada saat sebelum mengikuti guru penggerak saya sudah terbiasa membawa siswa ke lingkungan sekolah. Kami memang banyak melakukan praktik-praktik kecil sederhana di luar kelas. Saya juga sering menggunakan proyektor dalam proses pembelajaran. Namun saya masih memberikan tugas yang sama kepada seluruh siswa. Setelah mengikuti PGP angkatan 1 ini saya lebih memahami kelebihan yang dimiliki siswa. Dalam pemberian tugas pun saya memberikan pilihan kepada siswa boleh lewat tulisa, suara atau dalam bentuk gambar. Siswa juga terlihat lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang saya berikan tersebut. Saya juga mulai membuat kesepakatan kelas bersama siswa. Saya melihat ide-ide cemerang yang dikemukakan oleh siswa.

Jumat, 07 Mei 2021

Manajemen Resiko Dalam Kegiatan Sekolah, Haruskah?

Dokumentasi Tragedi Susur Sungai

Pendapat saya dalam kasus ini adalah terjadinya suatu kejadian yang berakibat fatal dikarenakan tidak dilakukan sesuai prinsip manajeman resiko. 

Dalam Modul 3.3 Guru Penggerak tentang Program Berdampak Pada Murid. Saya mengutip, "Dalam Prinsip Dasar Manajemen risiko (2019:3) Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko."

Dengan prinsip inilah harus dilakukan agar resiko kemungkinan terbesar dapat ditetapkan, diidentifikasi,evaluasi dan dapat dikendalikan.

Analisi manajeman yang saya lakukan dalam kasus ini adalah:

1. Identifikasi resiko, adalah  pelaksanaan identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis dan memantau faktor-faktor internal dan eksternal. 

Yang saya lakukan adalah saya akan libatkan tim yang profesional dalam kegiatan susur sungai. Seperti Guru, Mahasiswa Pecinta Alam atau penduduk setempat yang mengetahui medan kegiatan. Tim ini akan turun langsung kelapangan untuk mengidentifikasi jenis resiko yang akan ditemui bersama panitia baik internal maupun eksternal.

2. Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi lembaga pendidikan, kemudian bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja  sekaligus bisa melakukan prioritisasi risiko, risiko yang mana yang paling relevan. Pengukuran risiko dilakukan setelah pengidentifikasian risiko. Hal ini dilakukan untuk menentukan relatif pentingnya risiko, untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Dalam kasus ini, ketika melakukan pengukuran risiko pasti akan melihat dampak dari terjadinya risiko, baik risiko tersebut akibat kelalaian manusia maupun risiko tersebut akibat bencana alam atau faktorfaktor lainnya yang menyebabkan timbulnya risiko. 

3. Strategi Pengendalian resikoProses strategi pengendalian risikonya dilakukan dengan menerapkan dan melaksanakan program-program yang dilaksanakan. Dari program-program tersebut dapat dimaksudkan agar dapat menghindari risiko (risk advoidnace), mengurangi risiko (risk management), memindahkan risiko (risk transfer), penahanan risiko (risk retention). Kita dapat melihat Implikasinya dalam tipe resiko berikut Resiko Strategis, Resiko Keuangan, Resiko Operasional, Resiko Pemenuhan dan resiko reputasi.

Dalam kasus ini saya lakukan adalah kalau setelah diidentifikasi dan diukur maka kita dapat menetapkan resiko tersebut. Apkah menghindari? Apakah Mengurangi? atau Memindahkan resiko? atau yang lainnya. sehingga resiko dapat kita minimalisir.

4.Melakukan Evaluasi yang berkelanjutan, setelah melakukan kegiatan maka seluruh peserta, Guru, dan tim lapangan akan dilakukan evaluasi yang berkelanjutan agar semua pihak memahami dari resiko setiap kegiatan sehingga akan terjadi penanaman cara berfikir yang mengedepankan keselamatan dan menjadikan kegiatan yang lebih baik

Apa saja jenis resiko?

Adapun jenis-jenis risiko dikemukakan oleh Pramana (2011, hlm. 14). Berikut ini uraiannya:

a. Risiko berdasarkan sifat, berdasarkan sifatnya, risiko dibagi kedalam dua jenis, yaitu:

1) Risiko Spekulatif (Speculative Risk), ini adalah risiko yang memang sengaja diadakan agar di lain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan.

2) Risiko Murni (Pure Risk). Ini adalah yang tidak di sengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba- tiba.

b. Risiko berdasarkan kemungkinannya untuk dialihkan

1) Risiko yang dapat dialihkan, ini adalah risiko yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada lembaga

2) Risiko yang tidak dapat dialihkan, ini adalah semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif (keuntungan) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan pada lembaga

c. Risiko berdasarkan kemunculannya

1) Risiko internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, dan lain sebagainya.

2) Risiko eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, misalnya risiko pencurian, penipuan, perubahan kebijakan dan lain sebagainya.

Sopuntan, (2014, hlm. 230) yang mengatakan bahwa menurut sumber/penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam :

a. Risiko intern, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti: kerusakan aktiva karena ulah karyawannya sendiri, kecelakaan kerja, miss manajemen dan sebagainya.

b. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal luar perusahaan, seperti risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan policy pemerintah dan sebagainya.


 

 

Minggu, 25 April 2021

IDENTIFIKASI 7 ASET/SUMBER DAYA  DI SD PLUS LILLAH

 

Bagunan  SD Plus Lillah Khas Minangkabau

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010)

Kali ini Saya akan membahas 7 aseet yang dimiliki oleh sekolah. Tulisan ini merupakan tugas Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1 Kota Padang. Setiap sekolah tentu memiliki asset yang berbeda. Sekolah yang berada dekat pantai tentu berbeda dengan asset sekolah yang berada diperbukitan. Meskipun seperti itu, sudah seharusnya asset yang dimiliki dengan kelebihannya jangan kekurangannya. Karena dengan modal asset yang dimiliki tentu akan menjadi peluang untuk menciptakan  pembelajaran yang lebih baik.

Apa saja ketujuh asset tersebut?

1. MODAL MANUSIA


Seluruh Pimpinan, Guru dan Karyawan Perguruan Lillah

Modal manusia yang dimiliki oleh SD Plus Lillah adalah semua Guru yang mengajar dan Tenaga Kependidikan di SD Plus Lillah sudah menempuh jenjang S1. Seluruh Guru dan Tenaga Kependidikan masih dalam usia produktif. Hal ini terlihat dari Guru di sekolah kami masih usia muda termasuk Kepala Sekolahnya. Secara keseluruhan Guru di SD Plus Lillah sudah sangat mahir menggunakan IT. Hal ini juga terlihat dari terlihatnya Guru menggunakan IT dalam pembelajaran di kelas. Semua Guru berpeluang untuk berkolaborasi dalam kesehariannya ataupun saat pembelajaran diluar kelas. 

Kepala Sekolah di SD Plus Lillah adalah Bapak Mulhendri, S. Pd. Beliau adalah Kepala Sekolah termuda di Kecamatan Koto Tangah. Selain Kepala Sekolah beliau juga menjabat sebagai Anggota K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah). Selanjutnya, Beliau juga berprestasi yakni Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Kota Padang. Selain itu sekolah juga memiliki Psikolog Sekolah yang sangat professional dibidangnya.

Siswa yang bersekolah  di SD Plus Lillah merupakan siswa yang hebat. Hal ini terlihat dari siswa yang memiliki prestasi, bakat dan kemampuan masing-masing. Siswa Saya adalah anak yang sopan dan berbahasa dan berkarakter baik disekolah. Hal ini dikarenakan konsep sekolah swasta yang islami. Selain itu, Orang Tua di sekolah tempat Saya mengajar banyak yang membantu dan berkontribusi dalam kegiatan yang dilakukan. Seperti acara Market Day, Perpisahan dan Khatam Al-qur’an serta di kegiatan lainya.

2. MODAL SOSIAL

MoU dengan Dinas Sosial Panti Jompo Sabai Nan Aluih

Modal sosial yang dimiliki Guru khususnya dalam hal KKG di Gugus/Kecamatan. Kegiatan KKG ini sangat memberi dampak kontribusi positif dalam pelaksanaan PBM serta akan berdampak dari kompetensi dan pengalaman Guru.
Modal ini sangat banyak dimiliki oleh Sekolah beberapa kerjasama dan MoU telah dilakukan SD Plus Lillah dengan instansi formal dan non formal. Terjalinnya kerjasama dengan pihak instansi formal pemerintahan  seperti: BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) membantu dalam hal sekolah cerdas bencana, Bank BRI mendatangkan mobil bank keliling agar siswa dapat langsung menabung. Kehadiran SD Plus Lillah di UNESCO dalam usaha mencapai SDGs Insonesia.

Selanjutnya MoU dengan pihak swasta ataupun dengan pihak non formals seperti: MoU dengan Rumah Zakat, MoU dengan Dompet Duafa Singgalang serta Mou dengan  berbagai pihak pelaku usaha dan umkm. Bentuk kerjasama ini dilakukan terutama dalam bidang pendidikan. Secara keseluruhan kerjasama ini terjadi karena dukungan semua pihak baik Pimpinan, Guru dan Orang Tua.

3. MODAL FISIK

Aula dijadikan untuk Market Day

Modal ini juga sangat baik dimiliki SD Plus Lillah. Hal ini dapat dilihat dari bangunan sekolah yang berlantai 2 dengan bangunan memiliki ciri khas Rumah Gadang. Bangunan Sekolah SD Plus Lillah adalah miliki pribadi dengan kata lain tidak menyewa sehingga pengembangan berkelanjutan dapat dilakukan. Fasilitas setiap kelas berupa AC dan kelengkapan belajar sesuai  standar sarana dan prasaarana sekolah. Sekolah juga memiliki 5 unit perangat computer yang sudah terhubung dengan jaringan internet 4G dapat digunakan di kelas. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan PBM dengan penggunaan IT sangat maksimal dapat dilakukan. Ruang serbaguna, lapangan futsal, lapangan upacara dan kolam renang juga ada di SD Plus Lillah. Semua fasilitas ini diguanakan untuk kegiatan PBM. Selain itu pekarangan sekolah sangat luas sehingga tempat bermain sangat luas pada sekolah ini.

4. MODAL LINGKUNGAN/ALAM

Kegiatan Pramuka di Kawasan Lubuk Minturun

SD Plus Lillah terletak sangat strategis di Kota Padang. Mudah diakses dari jalan raya Adinegoro. Berjarak dari Stasiun Tabing kira-kira 500 meter. Sebelah barat SD Plus Lillah langsung terhampar Pantai Pasir Putih. Pantai ini sering digunakan oleh SD Plus Lillah dalam pembelajaran kontekstual dan experiental learning. Sebelah timur SD Plus Lillah adalah daerah perbukitan Lubuk Minturun. Wilayah perbukitan ini juga sering digunakan SD Plus Lillah dalam kegiatan alam dan kegiatan outdoor. Seperti kegiatan Kepramukaan dan Kegiatan Kontekstual. Secara keseluruhan lingkunagan alam sangat mendukung dalam proses pendidikan.

5. MODAL FINANSIAL

SD Plus Lillah  merupakan sekolah swasta yang berada di kota Padang. Modal finansial sekolah ini dalam pendidikan berasal dari SPP dan Pembangunan. Honor Guru dan Tenaga Kependidikan dikelola secara baik oleh pimpinan perguruan yang memiliki manajemen tersendiri. Sehingga Guru dan Tenaga Kependidikan lebih berfokus dalam mengajar.

6. MODAL POLITIK



SD Plus Lillah juga memiliki modal politik. Hal ini dapat terlihat dari jabatan Kepala Sekolah dalam Kelompok Kerja Kepala Sekolah. Sehingga sekolah juga benyak mendapat perhatian dari pihak terkait. Selanjutnya Pemimpin Yayasan juga seorang dokter spesialis di kota Padang,  jadi sekolah kita selalu dipantau dan diperhatikan dari pihak Puskesmas dalam bidang kesehatan.

7. MODAL AGAMA/ BUDAYA

SD Plus Lillah terdiri dari siswa bergama islam. Hal ini terjadi karena SD Plus Lillah merupakan sekolah umum yang berkonsep islami. Sehingg secara kegiatan pembelajaran dan kebijakan kita berlandaskan Al-quran dan Hadist. Sehingga modal agama dan kebudayaan ini kita dapat menciptakan karakter baik dan sopan dari setiap siswa agar berakhlak mulia.


Kamis, 15 April 2021

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK-3.1.a. 8.1 KONEKSI ANTAR MATERI

 



Pada modul 3 pada Program Guru Penggerak ini, kami sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) belajar modul kepemimpinan. Modul ini mempelajari bagaimana cara kami nanti mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin. Pada modul ini kami sebagai CGP diminta untuk membuat koneksi antar materi dari semua materi yang  sudah di pelajari sampai saat ini.

Pada modul 1.1 kami belajar tentang Filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD), dimana pada modul ini kita mengenal Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulada ( di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah memberikan motivasi), Tut Wuri handayani (di belakang memberikan dukungan). Hubungan dengan pengambilan keputusan adalah dimana seorang pemimpin harus benar-benar mengambil keputusan dengan baik. Seorang guru yang melihat siswanya bersalah tidak serta merta langsung memberikan hukuman. Sebaiknya guru melakukan tanya jawab terlebih dahulu kemudian guru memberikan hukuman yang mendidik dan tidak merugikan siswa dalam belajar. Hari ini masih banyak kita melihat guru memberikan hukuman yang merugikan siswa, karena di hukum siswa tidak jadi belajar. Sehingga siswa tidak mendapatkan haknya di sekolah. Seorang guru yang bijak hendaknya memberikan hukuman yang tidak mengurangi hak siswa tersebut. Misalnya hukumanya piket kelas sepulang sekolah, dengan artian siswa tetap ikut belajar dengan temannya, namun dia hanya akan telat pulang saja ke rumah karena harus piket terlebih dahulu.



Setelah belajar modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, nilai-nilai yang dipelajari tersebut menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan. CGP tidak serta merta memberikan keputusan langsung, tetapi CGP menimbang terlebih dahulu dari segi paradigma yang dilewati atau berdasarkan keputusan apa jalan keluar yang mau diambil oleh CGP. CGP juga harus memikirkan dahulu dengan tahap uji klinis yang ada pada 9 langkah pengambilan keputusan. Saya merasakan adanya sensasi yang berbeda saat pengambilan keputusan setelah mengenal etika, paradigma serta 9 langkah pengambilan keputusan ini. saya merasa keputusan yang diambil lebih baik dan saya juga merasa adil terhadap keputusan tersebut.

Modul 2 Pendidikan Guru Penggerak, pada sub 2.3 CGP diberikan materi tentang coaching. Coaching ini berbeda dengan mentoring dan konsul. Pada coaching memang coachee yang mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi ini. coach hanya sebagai orang yang membimbing coachee untuk mencari jalan keluarnya. Pada kegiatan coaching yang CGP lakukan kepada peserta didik di sekolah, coachee sudah bisa menentukan jalan keluar sendiri terhadap masalah mereka. Sudah lebih dari separo siswa di kelas yang di coaching dan hasilnya sangat luar biasa. Coach yang sebagai guru kelas banyak merombak cara belajar agar sesuai dengan keinginan siswa. CGP disini belajar bagaimana menerima kekurangan dan menjadi guru yang lebih baik ke depan. Setelah kegiatan coaching hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih dekat. Dampaknya materi yang diberikan guru lebih cepat sampai ke pada siswa. Siswa yang memiliki kesalahan selama di sekolah pun lebih senang dengan sanksi yang diberikan oleh guru. Tak ada lagi wajah kesal atau sakit hati kepada guru apabila diberikan sanksi karena sanksi tersebut dibuat sesuai kesepakatan bersama dan tidak mengganggu hak siswa di sekolah.

CGP juga selalu memberikan motivasi kepada siswa. Guru selalu bertanya tentang kegiatan sholat wajib dan apakah mereka sering datang ke gereka setiap minggu. CGP selalu bertanya kegiatan tersebut di awal kegiatan kepada siswa. Memang perubahannya belum nampak, tapi sudah ada perubahan siswa yang mengangkat tangan ketika guru bertanya dan jumlahnya selalu bertambah. Siswa juga lebih paham dengan sampah yang berserakan di kelas. CGP sellau melaksanakan “Operasi Semut” setiap pulang sekolah. CGP meminta siswz untuk memungut sampah yang berserakan dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Setelah berjalan kurang lebih 3 minggu kegiatan tersebut, sekarang siswa sudah terbiasa memungut sampah yang berserakan di dalam kelas. Siswa mengambil sendiri sampah tersebut tanpa adanya komando dari CGP.

Pada kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan CGP selama ini belum terlihat ada kendala atau hambatan. Sampai saat ini keputusan yang diambil oleh CGP masih dalam masa aman dan belum ada pro kontra dari sekolah atau masyarakat. CGP selalu melakukan kolaborasi dengan teman sejawat serta wali murid sehingga keputusan yang diambil tepat sasaran.

CGP melihat adanya wajah-wajah senang dari murid ketika datang ke sekolah, kemudian saat ini sekolah yang dipegang CGP masih dalam tahap shif, jadi separo sekolah tatap muka dan separo lagi daring di rumah. Banyaknya chat wa dari murid yang rindu akan sekolah membuat CGP merasa senang. Siswa sangat senang apabila mereka tatap muka dan bertemu dengan CGP di sekolah. Rindu sekolah adalah kata-kata yang sering mereka ungkapkan sehingga CGP merasa senang dan bahagia dengan hal tersebut. CGP merasakan sekali perubahan CGP dalam memberikan materi yang banyak menggunakan media yang bisa di otak-atik oleh siswa. Hal ini lah yang CGP lihat membuat siswa ingin datang ke sekolah.

CGP juga sering melakukan kegiatan-kegiatan praktek bersama siswa. Misalnya menari secara kelompok dan menyanyikan lagu wajib yang ada pada buku tema. Dari sini CGP jadi tau ternyata ada siswa yang punya bakat menari dan menyanyi. Dari gerakan tari dan ekspresi yang mereka tampilkan CGP jadi paham mereka punya bakat menari. CGP memberikan penguatan kepada siswa tersebut agar selalu mengembangkan bakat yang mereka punya. CGP menyalurkan bakat menari mereka karena di sekolah CGP kedatangan mahasiswa yang kebetulan ingin mengajarkan beberapa orang siswa untuk menari. Melihat ekspresi mereka mengatakan iya, bahwa mereka mau, CGP menjadi senang karena apa yang mereka inginkan akhirnya tercapai. CGP juga berpesan apabila mereka tekun melakukan bakat mereka dengan baik maka nanti mereka bisa sukses di masa yang akan datang.

Pada modul 1 CGP diajarkan untuk mengubah pola pikir yang selama ini menghantui pikiran CGP. CGP diajarkan bagaimana memandang siswa, bagaimana memperlakukan siswa dengan baik sesuai dengan kodrat mereka. Pada modul 2 CGP diajarkan apa betul yang merdeka belajar itu. Mulai dari pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial emosional dan coaching. Penerapan modul 2 ini pada pembelajaran memang menciptakan sebuah merdeka belajar. CGP melihat adanya perubahan dari diri CGP dan siswa yang memang senang untuk belajar. Modul 3 menjadi tambahan CGP dalam mengambil keputusan di sekolah. Tidak dipungkiri pasti ada saja hal yang membuat kita harus mengambil sebuah keputusan yang hasilnya baik untk kedua belah pihak. CGP disini belajar dan menerapkan cara pengambilan keputusan tersebut. Ada perasaan lega bagi CGP ketika menerapkan semua materi tersebut dengan baik karena memang materi pada Pendidikan Guru Penggerak memang saling berkaitan satu sama lain. Penerapan modul ini kepada siswa di sekolah memang menciptakan merdeka belajar yang diinginkan oleh Mentri Pendidikan.

Senin, 05 April 2021

Refleksi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

jawab: 

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari


yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,


persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.


Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika


yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:


1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)


2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)


3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)


4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut:


Individu lawan masyarakat (individual vs community)


Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapatberarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar.Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebihbesar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi jugabisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda.


Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.


Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)


Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuatpengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan)


Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua.Anda membuat pengecualian?


Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)


Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.


Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.


Tiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihanpilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder,2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:


1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)


2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)


3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)


Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan


Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu Anda dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.


1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.


2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.


3. kumpulkan fakta relevan dalam situasi


4. Pengujian benar atau salah: (Uji Legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji panutan/idola)


5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.


6. melakukan prinsip resolusi


7. investigasi opsi trilema


8. buat keputusan


9. lihat keputusan dan refleksikan.


Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?


jawab:


Mempelajari modul ini sangat menguntungkan bagi saya sebagai individu dan sebagai Calon Guru Penggerak. Hal ini dapat terlihat  dari materi yang baru saya pelajari dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan di sekolah maupun sebagai pemimpin pelajaran tidaklah semudah melakukan balikan telapak tangan. Guru harus mempertimbangkan dan mampu membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.


setelah mempelajari ini daya akan mengambil keputusan dengan menggunakan 4 paradigma, menggunakan 3 prinsip dan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dalam pengambilan keputusan nantinya.


Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?


Mempelajari materi ini sangatlah penting sebagai guru dan pemimpin pembelajaran. hal ini dapat dikaitkan dengan dilema yang terjadi dalam dunia pendidikan yang seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.


Sebagai individu, materi ini dapat saya gunakan dalam kelas saat mengajar murid atau permasalahan yang dialami siswa atau rekan kerja.


Sebagai pemimpin pembelajaran, topik modul ini sangat membantu saya dalam menghadapi dilema etika dalam lembaga. Keputusan yang dibuat nantinya tidak merugikan kedua belah pihak dan mengetahu mana dilema etika maupun bujukan moral.


Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?


Dalam kasus yang saya temui nantinya disekolah maupun dikelas adalah saya  akan menggunakan konsep dan materi ini dalam pengambilan keputusan. keputusan yang diambil nantinya melibatkan teknik pengambiln keputusan yang ada pada modul 3.1 ini. menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan serta menguji keputusan tersebut.